Jumat, 10 Juni 2016

Jodoh

Jodoh itu bukan dicari...melainkan dibentuk. Percuma kau mencari ke sana kemari namun kau tidak membentuk dirimu sendiri.

Tidak ada keberuntungan bagi seorang mukmin setelah bertaqwa kepada Allah kecuali memiliki istri yang shalihah. Yang bila diperintah ia menaatinya jika dipandang ia membuat bahagia, jika didengar ia menyejukkan, jika berjanji ia menepati, dan jika ditinggal pergi, ia bisa menjaga diri dan kehormatan suami beserta keluarganya. (HR. Ibnu Majah)

source: ig: @fradung

Sederhana

Sederhana... Jika cinta, dia akan berjuang seteguh kamu berjuang untuknya..
dan akan bertahan sesabar kamu bertahan...

Atau memang di hatinya memang ada cinta, tapi cinta untukmu tidak lebih besar dari cintanya pada orang tua. Maka apa salahnya jika dia berbakti dan mengutamakan orang tua dari kamu yang asing? sebelum penyesalan datang ketika orang tua kita telah tiada.

Bisa juga dia memang cinta, tapi cinta itu kalah dengan cintanya pada Sang Pencipta. Bukanlah kesalahan jika dia ragu dan merajuk serta menolak karena alasan agama. Sebab ragu bersamamu akan sulit bahagai mencapai Surga?

Aku percaya bahwa cinta itu sederhana, tapi hati dan ego saja yang merumitkannya. Perasaan itu mudah, nafsu kita saja yang membuatnya jadi susah.

Jika kamu telah menempuh sampai ujung ikthiar, melepaskan bukanlah sebuah pilihan yang buruk-buruk amat. Bahkan dia membuat hidupmu terasa ringan dan sederhana. Karena bahagia bukanlah sesuatu yang hanya bisa dimasuki dari satu pintu.

Mungkin pintu bahagiamu memang bukan dengannya. Allah telah menyiapkan seseorang yang mungkin tidak lebih baik darinya, tapi lebih cocok dan nyaman untukmu. Seseorang yang tidak sempurna tapi membuat hidupmu terasa jadi sempurna, dan membawamu kepada ridho dan surganya Sang Pencipta. Amin......

Niat dan tujuan kita mungkin sama.. menyatukan ikatan pada tali kehalalan dalam kebahagiaan sepanjang hayat bersama. Mungkin cara, orientasi dan perspektifnya saja yang berbeda. :)

Semoga Cepat disegerakan^^


Jakarta Menjelang Berbuka, 5 Ramadhan 1437 H

Jumat, 03 Juni 2016

SEPATU

SEPATU ORANG LAIN....

Kita hanya mampu membeli tas seharga 500 ribu Rupiah.
Ketika kawan kita membeli tas tangan seharga 5 Juta Rupiah,
Kita bilang kawan kita berlebihan. Padahal ia tidak belanja pakai uang kita.
Ternyata ia sudah berhemat untuk tidak membeli tas seharga 40 Juta Rupiah yang sanggup ia beli.

Kita hanya mampu hidup selalu didekat suami.
Ketika kawan kita berpisah jarak dan waktu dengan suaminya,
Kita bilang bahwa ia gegabah, menggadaikan rumah tangga demi materi.
Ternyata ia tetap hidup rukun dan bahagia dalam perjuangan rumah tangganya.

Kita hanya mampu menjadi ibu rumah tangga.
Ketika kawan kita memilih bekerja sebagai pegawai,
Kita bilang ia menggadaikan masa depan anaknya. Tapi ternyata ia bangun lebih pagi dari kita,
berbicara lebih lembut kepada anaknya, dan berdoa lebih khusyuk memohon kepada Tuhan untuk penjagaan anak-anaknya.

Kita hanya mampu mengatur uang belanja 1 Juta Rupiah sebulan.
Ketika kawan kita bercerita pengeluaran belanja bulanannya sampai 6 Juta Rupiah,
Kita bilang ia boros. Padahal ia tak pernah berhutang kepada kita. Pinjam uangpun tidak.
Ternyata mereka sedekah lebih banyak dari uang belanjanya. Ternyata mereka tak pernah lupa membayar Zakat.

Siapa yang rugi?...Kita. Belum-belum sudah menilai. Bisa jadi malah buruk sangka.
Padahal kita tidak pernah tau apa yang sebenarnya orang lain hadapi, apa yang orang lain lakukan
diluar sepengetahuan kita.

Jangan mengukur sepatu orang lain dengan kaki kita. Jangan pernah mengukur kehidupan orang lain dengan ukuran hidup kita. Rawan...itu tidak tepat.
Jangan pernah mudah untuk meghakimi seseorang, tapi jangan pernah mudah marah juga untuk dinasehati oleh seseorang.

Sumber: Grup WA: "Diskusi Kajian Kaskus

iklan layanan masyarakat

info orang hilang