Jagalah pikiran mu, Karena mereka yang akan menjadi perkataan mu.
Jagalah perkataan mu, Karena mereka lah yang akan menjadi perbuatan mu.
Jagalah perbuatan mu, Karena mereka akan menjadi kebiasaan mu.
Jagalah
kebiasaan mu, Karena mereka akan membentuk karaktermu.
Jagalah karakter
mu, Karena mereka akan membentuk nasibmu,
Dan nasibmu kelak akan menjadi
kehidupanmu....
Jumat, 17 Oktober 2014
Makna Sebuah Pekerjaan
Seorang eksekutif muda sedang beristirahat siang di sebuah kafe
terbuka. Sambil sibuk mengetik di laptopnya, saat itu seorang gadis
kecil yang membawa beberapa tangkai bunga menghampirinya.
”Om beli bunga Om.”
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
”Tidak Dik, saya tidak butuh,” ujar eksekutif muda itu tetap sibuk dengan laptopnya.
”Satu saja Om, kan bunganya bisa untuk kekasih atau istri Om,” rayu si gadis kecil.
Setengah kesal dengan nada tinggi karena merasa terganggu keasikannya
si pemuda berkata, ”Adik kecil tidak melihat Om sedang sibuk?
Kapan-kapan ya kalo Om butuh Om akan beli bunga dari kamu.”
Mendengar ucapan si pemuda, gadis kecil itu pun kemudian beralih ke
orang-orang yang lalu lalang di sekitar kafe itu. Setelah menyelesaikan
istirahat siangnya,si pemuda segera beranjak dari kafe itu. Saat
berjalan keluar ia berjumpa lagi dengan si gadis kecil penjual bunga
yang kembali mendekatinya. ”Sudah selesai kerja Om, sekarang beli bunga
ini dong Om, murah kok satu tangkai saja.”
Bercampur antara jengkel dan kasihan sipemuda mengeluarkan sejumlah
uang dari sakunya. “Ini uang 2000 rupiah buat kamu. Om tidak mau
bunganya, anggap saja ini sedekah untuk kamu,” ujar si pemuda sambil
mengangsurkan uangnya kepada si gadis kecil.
Uang itu diambilnya, tetapi bukan untuk disimpan, melainkan ia
berikan kepada pengemis tua yang kebetulan lewat di sekitar sana. Pemuda
itu keheranan dan sedikit tersinggung.
”Kenapa uang tadi tidak kamu ambil, malah kamu berikan kepada pengemis?”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Dengan keluguannya si gadis kecil menjawab,
”Maaf Om, saya sudah berjanji dengan ibu saya bahwa saya harus menjual bunga-bunga ini dan bukan mendapatkan uang dari meminta-minta. Ibu saya selalu berpesan walaupun tidak punya uang kita tidak bolah menjadi pengemis.”
Pemuda itu tertegun, betapa ia mendapatkan pelajaran yang sangat
berharga dari seorang anak kecil bahwa kerja adalah sebuah kehormatan,
meski hasil tidak seberapa tetapi keringat yang menetes dari hasil kerja
keras adalah sebuah kebanggaan. Si pemuda itu pun akhirnya mengeluarkan
dompetnya dan membeli semua bunga-bunga itu, bukan karena kasihan, tapi
karena semangat kerja dan keyakinan si anak kecil yang memberinya
pelajaran berharga hari itu.
Tidak jarang kita menghargai pekerjaan sebatas pada uang atau upah yang diterima. Kerja akan bernilai lebih jika itu menjadi kebanggaan bagi kita. Sekecil apapun peran dalam sebuah pekerjaan, jika kita kerjakan dengan sungguh-sungguh akan memberi nilai kepada manusia itu sendiri. Dengan begitu, setiap tetes keringat yang mengucur akan menjadi sebuah kehormatan yang pantas kita perjuangkan.
http://iphincow.com/2012/09/12/makna-sebuah-pekerjaan/
Rabu, 15 Oktober 2014
Sedekah salah alamat
Suatu
ketika, Rasulullah Saw., seperti yang kerap beliau lakukan,
berbincang-bincang dengan para sahabat di serambi Masjid Nabawi,
Madinah. Selepas berbagi sapa dengan mereka, beliau berkata kepada
mereka, “Suatu saat ada seorang pria berkata kepada dirinya sendiri,
‘Malam ini aku akan bersedekah!’ Dan, benar, malam itu juga dia
memberikan sedekah kepada seorang perempuan yang tak dikenalnya.
Ternyata, perempuan itu seorang pezina. Sehingga, kejadian itu menjadi
perbincangan khalayak ramai.
“Akhirnya,
kabar tersebut sampai juga kepada pria itu. Mendengar kabar yang
demikian, pria itu bergumam, ‘Ya Allah! Segala puji hanya
bagi-Mu.Ternyata, sedekahku jatuh ke tangan seorang pezina. Karena itu,
aku akan bersedekah lagi!’
“Maka,
pria itu kemudian mencari seseorang yang menurutnya layak menerima
sedekah. Ternyata, penerima sedekah itu, tanpa diketahuinya, adalah
orang kaya. Sehingga, kejadian itu lagi-lagi menjadi perbincangan
khalayak ramai, lalu sampai juga kepada pria yang bersedekah itu.
“Mendengar
kabar yang demikian, pria itu pun bergumam,’Ya Allah! Segala puji
hanya bagi-Mu. Ternyata, sedekahku itu jatuh ke tangan orang kaya.
Karena itu, aku akan bersedekah lagi!’
Maka,
dia kemudian, dengan cermat, mencari seseorang yang menurutnya layak
menerima sedekah. Ternyata, penerima sedekah yang ketiga, tanpa
diketahuinya, adalah seorang pencuri. Tak lama berselang, kejadian itu
menjadi perbincangan khalayak ramai, dan kabar itu sampai kepada pria
yang bersedekah itu.
Mendengar
kabar demikian, pria itu pun mengeluh, ‘Ya Allah! Segala puji hanya
bagi-Mu! Ya Allah, sedekahku ternyata jatuh ke tangan orang-orang yang
tak kuduga: pezina, orang kaya, dan pencuri!’
“Pria
itu kemudian didatangi (malaikat utusan Allah) yang berkata, “Sedekahmu
telah diterima Allah. Bisa jadi pezina itu akan berhenti berzina karena
menerima sedekah itu. Bisa jadi pula orang kaya itu mendapat pelajaran
karena sedekah itu, lalu dia menyedekahkan sebagian rezeki yang
dikaruniakan Allah kepadanya. Dan, bisa jadi pencuri itu berhenti
mencuri selepas menerima sedekah itu.”
***
(Diceritakan kembali dari sebuah hadis yang dituturkan oleh Muslim dan Abu Hurairah dalam Teladan indah Rasullulah dalam ibadah)
http://pusatilmuislam.blogspot.com/2011/10/sedekah-yang-salah-alamat.html
Langganan:
Postingan (Atom)